Peristiwa Ghadir Khum adalah sebuah peristiwa besar terjadi pasca Haji Wada’ atau haji terakhirnya Rasulullah saw, namun sebelum masuk pada pembahasan pokok mengenai apa itu sebenarnya Ghadir Khum dan seperti apa, alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu makna dibalik kata “Ghadir Khum” itu sendiri.
Kata “Ghadir” dalam beberapa kamus bahasa arab disebutkan berasal dari kata (غدر) yang bermakna meninggalkan sesuatu, sementara Ghadir diartikan sebagai:
الغدير: مستنقع ماء المطر، وسمي بذلك لأن السيل غادره أي تركه
Ghadir: Rawa atau tempat genangan air hujan, dinamai dengang nama itu (Ghadir) sebab banjir melewati atau meninggalkan tempat tersebut.[1]
Adapun yang lain menyebutkan:
الغدير: مستنقع ماء المطر صغيرا كان أو كبيرا ولا يبقى إلى القيظ إلا ما يتخذه الناس من عد أو حائر أو وجذ أو وقط أو صهريج
Ghadir: Rawa atau tempat genangan air hujan, baik kecil atau besar dan tidak tersisa hingga musim panas kecuali seukuran yang dapat diambil oleh manusia (pada masa itu) dari air mengalir, sungai dan sebagainya.[2]
Sementara itu kata “Khum” merupakan nama sebuah tempat yang terletak di antara Makkah dan Madinah yang mana di situ terdapat Ghadir atau tempat air. Dalam hal ini juga disebutkan bahwa disitu Rasulullah saw pernah berkhotbah.[3]
Dari sini jelas bahwa Ghadir Khum secara bahasa merujuk pada sebuah tempat air yang berada di tempat yang bernama Khum. Namun hal ini telah dijadikan sebagai simbol atau pengingat atas sebuah kejadian penting yang telah terjadi di situ, dan itu ialah Khotbah panjang Rasulullah saw yang dihadiri oleh ribuan sahabatnya.
Oleh: Ben Aunullah
CATATAN:
[1] Mujam Maqayisul Lughah, jil: 4, hal: 413.
[2] Kitabul Ain, jil: 4, hal: 390. Lisanul Arab, jil: 5, hal: 9.
[3] Majma’ul Bahrain, jil: 6, hal: 59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar